
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seperti yang kita ketahui pada zaman sekarang ini
kehidupan manusia tidak lepas dari sesuatu yang serba mudah dan cepat. Tidak
sedikit orang yang memakai sesuatu yang serba instan mulai dari peralatan
kebersihan sampai makanan. Namun dibalik kemudahan itu semua terkandung bahan
yang sangat berbahaya yaitu bahan kimia.
Bahan
kimia merupakan zat atau senyawa yang berasal dari alam maupun hasil
olahan tangan manusia yang komponen
penyusunya dapat berupa zat atau senyawa tunggal, maupun hasil perpaduan dari
berbagai zat atau senyawa.
Sampai
sekarang masih banyak orang yang tidak menyadari penggunaan bahan kimia secara
berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi kesehatan
diri sendiri bahkan lingkungan tempat tinggal.
Bagi
Indonesia bahkan dunia masalah kesehatan lingkungan yang ditimbulkan dari bahan
kimia selalu menjadi perdebatan. Bahkan kasus yang menyangkut masalah kesehatan
setiap tahunnya terus meningkat.
Bahan-bahan
kimia yang telah masuk ke dalam tubuh tidak dapat dicerna oleh tubuh sehingga
tidak dapat dibuang keluar baik melalui urin maupun fases. Sehingga menimbulkan
berbagai macam gangguan di dalam tubuh. Belum lagi bahan kimia yang dapat
mencemari lingkungan tempat tinggal.
Berdasarkan
hal diatas, maka penulis akan mengulas mengenai “Bahaya bahan kimia bagi
kesehatan dan lingkungan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan
diatas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa
saja jenis bahan-bahan kimia?
2. Bagaimana
dampak bahan kimia terhadap kesehatan dan lingkungan?
3. Bagaimana
upaya pencegahannya?
|
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang
hendak dicapai dalam pedoman untuk melakukan suatu kegiatan yang telah di rumuskan. Adapun tujuan di adakannya
penelitian ini adalah :
1. Mengetahui
macam-macam bahan kimia dengan tingkat bahayanya.
2. Senantiasa
dapat membedakan bahan kimia dari yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
sampai yang berbahaya.
3. Mengetahui
upaya penanggulangannya.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memberikan pengetahun
ataupun informasi mengenai bahan kimia, terutama yang menyangkut kehidupan bagi
manusia (lingkunagan dan kesehatan). Dengan itu, diharapkan adanya sedikit
kesadaran dari masyarakat untuk lebih
berhati-hati menggunakan apapun yang mengandung bahan kimia baik makanan,
sabun, pewangi dan lain-lain.
1.5 Metode Penelitian
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode
observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang Kami pergunakan pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Teknik
Pengamatan Langsung, pada teknik ini penulis terjun
langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kebersihan lingkungan
dan bagaimana peranan masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, dan penulis
mengamati langsung seberapa besar bahan kimia yang digunakab atau dipakai dalam
pemilihan alat rumah tangga.
2. Pengumpulan
data, pada teknik ini penulis mengumpulkan data dari
berbagai sumber informasi, kemudian penulis merangkum data yang telah
terkumpul.
3. Setudi
Pustaka, pada teknik ini penulis membaca
buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penlisan karya ilmiah serta yang
berkaitan dengan masalah lingkungan hidup.
1.6 Sistematika
Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan
hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika
penulisan. Bab selanjutnya penulis akan menjabarkan masalah-masalah yang
terdapat di bab pertama.
BAB II

2.1
Landasan
teori

Ilmu kimia pertama kali diciptakan
oleh Antoine Lavioseir dengan hukum kekekalan masanya pada tahun 1783, namun kimiawan
pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap kimia adalah Robert
Boyle.
Bahan
kimia merupakan Bahan kimia merupakan zat atau senyawa yang berasal dari alam
maupun hasil olahan tangan manusia yang
komponen penyusunya dapat berupa zat atau senyawa tunggal, maupun hasil
perpaduan dari berbagai zat atau senyawa. Selama ini anggapan masyarakatvketika
mendengar “bahan kimia” adalah bahan kimia sintesis. Hal ini terjadi karena
sering timbulnya pemberitaan di media cetak maupun media elektronik mengenai
bahan kimia berbahaya, padahal tidak demikian adanya.
Bahan-bahan
kimia ditemukan sudah sangat lama, dari berita yang diketahui penulis, sejak
masa purbakala telah ditemukan bahan-bahan kimia seperti : carbon, perak,
tembaga, sulfur, timah, emas, timbal, besi dan raksa. Pada abad ke-13 Albertus
Magnus di percaya sebagai orang pertama yang bisa memisahkan unsur dan Dia
menemukan bahan kimia yang disebut arsen. Pada abad ke-15 telah ditemuan
antimon dan bismut. Di abad ke-16 dan ke-17 hanya ditemukan 2 bahan kimia yaitu
: zinc dan emas.
Beberapa sumber menyatakan, pada
abad ke-18 banyak ditemukannya bahan-bahan kimia antara lain :
1. Kobalt
yang ditemukan oleh George Brandit
2.
Platinum yang ditemukan secara terpisah
oleh Antonio De Ulloa dan Charles Wood.
3.
Nikel yang
ditemukan Alex Fredrik
4.
Magnesium yang
ditemukan oleh Josep Black.
5.
Oksigen.
6.
Hydrogen.
7.
Radium.
Selain data-data perkembangan diatas, bahan kimia mengalami
penambahan oleh sebab sebab sebagai berikut:
- Tekhnologi proses produksi
-
4
- Tekhnologi penggunaan dan pemanfaatan
- Tekhnologi initiation device
2.2
Pembahasan
Ada beberapa macam jenis-jenis bahan
kimia. Yang pertama penulis akan menjelaskan jenis-jenis bahan kimia yang terkandung
di dalam makanan dan yang sering digunakan dalam kegiatan sehari-hari :
1.
Asam Benzoat
Asam
benzoat adalah zat pengawet yang sering dipergunakan dalam saos dan sambal.
Asam benzoat bertujuan untuk mencegah
pertumbuhan bakteri terutama untuk makanan yang telah dibuka dari kemasannya.
Jumlah maksimum asam benzoat yang boleh digunakan adalah 1000 ppm atau 1 gram
per kg bahan[1].
Pembatasan penggunaan asam benzoat ini bertujuan agar tidak terjadi keracunan.
Konsumsi yang berlebihan dari asam benzoat dalam suatu bahan makanan tidak
dianjurkan karena jumlah zat pengawet yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah
dengan semakin banyak dan seringnya mengkonsumsi. Lebih-lebih lagi jika
dibarengi dengan konsumsi makanan awetan lain yang mengandung asam benzoat.
2.
Monosodium
Glutamat
Monosodium glutamat atau MSG adalah
salah satu bahan tambahan makanan yang digunakan untuk menghasilkan flavour
atau cita rasa yang lebih enak dan lebih nyaman ke dalam masakan, banyak
menimbulkan kontroversi baik bagi para produsen maupun konsumen pangan karena
beberapa bagian masyarakat percaya bahwa bila mengkonsumsi makanan yang
mengandung MSG, mereka sering menunjukkan gejala-gejala alergi.
Penggunan vetsin (MSG) dalam beberapa jenis makanan bayi yang dipasarkan dalam bentuk bubur halus sesungguhnya dilakukan hanya untuk memikat konsumen (ibu-ibu) oleh rasa lezat. Sedangkan pengaruhnya terhadap makanan, vetsin tidak akan menambah gizi maupun selera makan bagi bayi karena bayi tidak begitu peduli oleh rasa.
Penggunan vetsin (MSG) dalam beberapa jenis makanan bayi yang dipasarkan dalam bentuk bubur halus sesungguhnya dilakukan hanya untuk memikat konsumen (ibu-ibu) oleh rasa lezat. Sedangkan pengaruhnya terhadap makanan, vetsin tidak akan menambah gizi maupun selera makan bagi bayi karena bayi tidak begitu peduli oleh rasa.
3.
Kalium
Sorbat
Kalium sorbat merupakan salah satu dari
garam-garaman sorbat yang lainnya yaitu K, Na, dan Ca sorbat. Zat pengawet K-sorbat mempunyai fungsi dan batasan
maksimum penggunaan yang sama dengan asam benzoat. Oleh karena itu penggunaan K-sorbat sebagai pengawet dalam bahan
makanan juga tidak boleh berlebihan agar tidak terjadi keracunan. ADI K-sorbat adalah 25 mg/kg berat badan.
Penggunaan maksimum K-sorbat dalam
makanan berkisar antara 0,05 – 0,3 % untuk yang diaplikasikan langsung dan
antara 10 – 20 % untuk yang disemprotkan atau diaplikasikan pada permukaan
makanan. Garam sorbat itu lebih sering digunakan karena mempunyai kelarutan
yang lebih baik dalam air dan bekerja dalam keadaan tak terdisosiasi, dengan
keaktifan 10 – 600 kali bentuk asamnya.
4. Tartrazin
Tartrazin adalah salah satu zat pewarna buatan yang berwarna kuning dan dipergunakan secara luas dalam berbagai makanan olahan. Zat pewarna ini telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi, terutama bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
Tartrazin adalah salah satu zat pewarna buatan yang berwarna kuning dan dipergunakan secara luas dalam berbagai makanan olahan. Zat pewarna ini telah diketahui dapat menginduksi reaksi alergi, terutama bagi orang yang alergi terhadap aspirin.
5. Sakarin
dan Siklamat
Penggunaan sakarin dan siklamat sebagai zat pemanis makanan dari beberapa penelitian
ternyata dapat menimbulkan karsinogen. Siklamat
yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan enak rasanya tanpa rasa pahit
walaupun tidak berbahaya dan digunakan secara luas dalam makanan dan minuman
selama bertahun-tahun, keamanannya mulai diragukan karena dilaporkan dari hasil
penelitian pada tahun 1969 bahwa siklamat dapat menyebabkan timbulnya kankaer
kandung kemih pada tikus yang diberi ransum siklamat. Hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksilamina mempunyai sifat karsinogenik. Tingkat peracunan
siklamat melalui mulut pada tikus percobaan yaitu LD50 (50% hewan percobaan
mati) sebesar 12,0 g/kg berat badan. Penelitian lain menunjukkan bahwa siklamat
dapat menyebabkan atropi yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan
kromosom.
Bahan
kimia lain yang lebih berbahaya yaitu :
1.
Alkylphenols
Alkylphenol yang biasa digunakan termasuk Nonylphenols
(NPs), Octylphenols dan dalam bentuk-bentuk ethoxylate-nya , terutama Nonylphenolethoxylate (NPE). NP banyak digunakan dalam industri
tekstil untuk proses pencucian dan pewarnaan. Bahan-bahan ini adalah racun
untuk kehidupan air. Mereka akan bertahan dalam lingkungan dan dapat
terakumulasi dalam jaringan tubuh. Konsentrasinya akan meningkat melalui
rantai makanan[2]. Kemiripan
strukturnya dengan hormon estrogen alamiah dapat menganggu perkembangan
seksual pada beberapa organisme termasuk menyebabkan feminisasi ikan.
2.
Pthalate
Pthalate adalah kelompok
bahan kimia yang paling umum digunakan untuk melunakan PVC ( plastik polyvinyl chloride).
Pada industri tekstil bahan-bahan ini digunakan dalam pembuatan kulit buatan,
karet dan PVC, serta beberapa pewarna. Ada kekhawatiran besar terhadap
kadar racun dari Pthalate seperti DEHP yang bersifat toksik bagi
reproduksi mamalia, karena dapat menganggu perkembangan testis di awal
kehidupan.[3]
3. Brominated dan chlorinated flame retardants
Brominated Flame Retardants (BFR) adalah bahan kimia persisten
dan bioakumulatif yang jenisnya sekarang banyak hadir di lingkungan sekitar
kita. Polybrominated diphenyl ethers (PBDEs) adalah salah satu
kelompok BFR yang paling umum digunakan untuk membuat beragam bahan-bahan
tahan api, termasuk tekstil.
Beberapa PBDE mampu menganggu sistem hormon, yang terlibat dalam
perkembangan dan pertumbuhan seksual. Dibawah hukum Uni Eropa penggunaan
beberapa jenis PBDE dibatasi dengan ketat Salah satu PBDE telah didaftarkan
sebagai ‘zat berbahaya yang diprioritaskan (untuk di eliminasi)’,
berdasarkan undang-undang Eropa tentang air. sehingga tindakan harus
diambil untuk menyingkirkan kontaminasi materi tersebut pada badan-badan air
4.
Azodyes
Azodyes atau Pewarna Azo adalah salah satu dari jenis
pewarna utama yang digunakan industri tekstil.Beberapa pewarna azo terdegradasi
saat digunakan dan melepaskan bahan-bahan kimia yang dikenal sebagai aromatic
amina. Beberapa aromatic amina tersebut dapat menyebabkan
kanker. Uni Eropa telah melarang penggunakan pewarna azo yang dapat
melepaskan gugus amina penyebab kanker pada setiap tekstil yang
berkontak langsung dengan kulit manusia.
5.
Senyawa Organotin
Senyawa Organotin digunakan
dalam biosida dan bahan anti jamur dalam berbagai produk kebutuhan
sehari-hari. Dalam industri tekstil bahan-bahan ini digunakan untuk produk
seperti kaos kaki, sepatu dan baju olahraga untuk mencegah bau yang disebabkan
oleh keringat.Salah senyawa organotin yang paling terkenal adalah tributyltin (TBT). Dahulu, salah
satu kegunaan utamanya adalah untuk cat anti bocor pada kapal, sampai muncul
bukti bahwa bahan ini tak terurai di lingkungan. Ia akan menumpuk dalam tubuh
dan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan reproduksi. Penggunaannya
sebagai cat anti bocor sekarang sebagian besar telah dilarang.
Dampak
bahan kimia bagi kesehatan dan lingkungan adalah :
A. Polusi
Udara
Polusi
udara terjadi karena kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan
H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam
atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur
dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas
dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang
dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan
mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer.
Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang
telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas
(konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan
tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih
bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2,
SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang
sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas
tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas,
maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan
parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan
pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan
pencemaran sebagai berikut :
·
Pencemaran
tingkat pertama : yaitu pencemaran yang tidak
menimbulkan kerugian bagi manusia.
·
Pencemaran
tingkat kedua : yaitu pencemaran yang mulai
menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
·
Pencemaran
tingkat ketiga : yaitu pencemaran yang sudah dapat
bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
·
Pencemaran
tingkat keempat : yaitu pencemaran yang telah
menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan
tumbuh-tumbuhan.
Indonesia
merupakan negara di dunia yang paling banyak memiliki gunung berapi (sekitar
137 buah dan 30% masih dinyatakan aktif). Oleh sebab itu Indonesia mudah
mengalami pencemaran secara alami. Selain itu adanya kebakaran hutan akibat
musim kemarau panjang ataupun pembakaran hutan yang disengaja untuk memenuhi
kebutuhan seperti terjadi di Kalimantan dan di Sumatera dalam tahun 1997 dan
tahun 1998 menyebabkan terjadinya pencemaran yang cukup menghawatirkan, karena
asap tebal hasil kebakaran tersebut menyeberang ke negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia. Asap tebal dari hasil kebakaran hutan ini sangat
merugikan, baik dalam segi ekonomi, transportasi (udara, darat dan laut) dan
kesehatan. Akibat asap tebal tersebut menyebabkan terhentinya alat-alat
transportasi karena dikhawatirkan akan terjadi tabrakan. Selain itu asap itu
merugikan kesehatan yaitu menyebabkan sakit mata, radang tenggorokan, radang
paru-paru dan sakit kulit. Pencemaran udara lainnya berasal dari limbah berupa
asap yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kedaraan bermotor dan limbah
asap dari industri.
B.
Polusi Air
Pencemaran air terjadi apabila dalam
air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat
menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat
digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak
hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang
mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan
untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi
tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum,
memasak, mandi dan mencuci).
Sumber
penyebab terjadinya Pencemaran Air
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya.
Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:
a. Kimia :
Dalam kimia
bahan pencemaran air digolongkan menjadi dua, yaitu:
• Senyawa Organik : zat warna, detergent, organoklor,minyak
• Senyawa Anorganik : asam, basa, garam,logam berat, zat radioaktif.
• Senyawa Organik : zat warna, detergent, organoklor,minyak
• Senyawa Anorganik : asam, basa, garam,logam berat, zat radioaktif.
b.
Fisika :
Ada 2 macam golongan penyebab pencemaran air dalam fisika, yaitu:
• Materi Terapung : busa, sampah, kayu
• Materi tersuspensi : kotoran manusia,hewan, dan tanah
c.
Biologi :
Penyebab pencemaran air yang masuk
kedalam kelompok biologi yaitu: mikroba patogen, lumut, dan tumbuhan air, parameter
dan standar kualitas air. Sesuai dengan bahan pencemar yang terdapat dalam
sumber air, maka parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui standar
kualitas air pun berdasarkan pada bahan pencemar yang mungkin ada, antara lain
:
1. Dapat
dilihat dari : warna, bau, dan/atau rasa dari air.
2. Sifat-sifat
senyawa anorganik (pH, daya hantar spesifik, daya larut oksigen, daya larut
garam-garam dan adanya logam-logam berat).
3. Adanya
senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam sumber air.
4. Keradioaktifan misal sinar ß
5. Sifat
bakteriologi (misal bakteri coli, kolera, disentri, typhus).
C.
Polusi Tanah
Sumber
pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber
pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan
oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan
dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga,
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang
mengandung bahan pencemar misalnya, tercemari zat radioaktif, logam berat dalam
limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan
pestisida dari daerah pertanian, dan juga, limbah deterjen, akhirnya juga dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan
ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut.
Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari :
a. Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit.
b. Gunung berapi yang meletus/kendaraan bermotor.
c. Limbah industri.
Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari :
a. Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit.
b. Gunung berapi yang meletus/kendaraan bermotor.
c. Limbah industri.
d. Limbah
reaktor atom/PLTN.
Komponen
Bahan Pencemar Tanah
Komponen-komponen bahan pencemar yang diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemar tersebut di atas antara lain berupa:
1. Senyawa
organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti
sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati.
2. Senyawa
senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme
seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan,
menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
3. Pencemar
Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan
NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan
hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan
tanah/ tanaman.
4. Pencemar
berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti Hg, Zn,
Pb, Cd dapat mencemari tanah.
5. Zat
radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain
yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif.
2.2
Cara pencegahan dan penanggulangan
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan.
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain :
a. Penghancuran
sampah di udara terbuka.
b. Pemanasan
tanpa udara (pirolasi)
c. Penimbunan ke dalam tanah sehingga menjadi
kompos.
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1. Sampah-sampah
organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan
mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau
dilakukan daur ulang menjadi barang¬barang lain yang bermanfaat, misal
dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat
dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di
daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih
banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
2. Batu
bata yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam
sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan
penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke
dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih.
3. Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi
tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH
asam berkurang.
Selain
itu Penyimpanan
bahan-bahan kimia ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan pemakaiannya,
jumlahnya di usahakan sesedikit mungkin . Cara-cara penyimpanan bahan kimia ini
disesuaikan dengan sifat-sifat bahayanya, seperti dibawah ini :
1. Bahan-bahan
kimia yang mudah meledak (eksplosif) dapat disimpan di tempat (bangunan) yang
terisolir dari bangunan-bangunan lainnya dileng- kapi dengan pintu tahan api.
2. Bahan-bahan
kimia yang mudah menguap dan terbakar di simpan di tempat yang jauh dari sumber
api.
3. Bahan-bahan
yang mudah menguap dan bertekanan tinggi harus dilindungi dari cahaya matahari.
Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.
4. Bahan-bahan
oksidator jangan ditempatkan bersama dengan bahan yang mudah terbakar (bahan
organik dan pereduksi) . Ventilasi udara dalam ruangan harus baik.
5. Bahan-bahan
korosif disimpan di tempat yang kering, suhunya rendah namun tidak dibawah
titik bekunya.
6. Bahan
kimia yang mudah bereaksi dengan air, disimpan pada tempat yang jauh dari
sumber air.
7. Bahan
kimia yang bila disimpan ditempat yang sama dapat menimbulkan reaksi yang
merugikan (panas yang tinggi, zat baru yang bersifat racun).
8. Bahan-bahan kimia yang mudah terurai membentuk
racun apabila berhubungan dengan panas, air atau asam tidak diperkenankan
disimpan berdekatan dengan bahan-bahan kimia yang mudah menyala/menguap. Suhu
ruangan harus rendah dan kering .
BAB
III

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian penulis menyimpulkan
bahwa bahan kimia yang terdapat di dalam pembersih, pewangi, makanan dan
bahan-bahan kimia lain yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari yang sering
kita pakai mengandung berbagai zat-zat yang membahayakan bagi kehidupan
(kesehatan dan lingkungan). Berbagai Masalah yang ditimbulkan dari bahan kimia
bagi lingkungan akan menjadikan polusi udara, polusi tahan bahkan menyebabkan
pencemaran air. Sedangkan dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan dalam jangka
waktu panjang dapat menyebabkan penyakit kronis bahkan kematian.
3.2
Saran
Dengan melakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan hidup
(pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah) berarti kita melakukan
pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan terhadap
pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur
oleh Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.
Dan alampun akan tetap terjaga.
[1] Peraturan Mentri
Kesehatan No 722 tahun 1988.
[2]
Jensen A & Leffers H (2008). “Emerging
endocrine disrupters: perfluoroalkyated substances”, International Journal of
Andrology, vol 31, pp161-169
[3]
Sendelbach LE (1989). A review of the toxicity
and carcinogenicity of anthraquinone derivatives. Toxicology 57: 227-240
2 komentar:
dawane yu?? marsinis yo???
Opo masinah? Bubur iku, nk di wes es dadi es sterofom
Posting Komentar